Kebebasan Yang Dibayar Mahal
Deadalus
adalah seorang arsitek dan pemahat pertama di dunia, ia dari suku
Cecrop di Atena. Daedalus sangat terkenal, sehingga raja yang berkuasa
di Creta, Minos, memanggilnya dan memberinya tugas yang amat penting.
Membangun sebuah penjara istana tempat ia akan mengurung anaknya yang
malang. Minotaurus, seorang manusia berkepala banteng, dan pemakan
daging manusia. Raja Minos memiliki putra seperti itu karena kutukan
Neptunus.
Bersama dengan Icarus, anaknya yang masih muda, Daedalus berangkat ke Creta. Di pulau itu ia merencanakan membangun suatu karya yang akan memiliki kemasyhuran abadi, yaitu Labirin.
Labirin
adalah istana yang sebagian terletak di atas permukaan tanah, sebagian
lagi di bawah, terdiri dari banyak kamar, ruang, tangga, jalan, koridor,
gua, dan galeri yang membentu suatu bangunan rumit dan berbelit-belit.
Siapapun yang masuk ke sana, ia tak akan dapat menemukan kembali alur
jalan yang pernah dilalui. Ia akan bingung, tak tahu arah lagi dan
seakan telah ditentukan oleh nasib untuk tidak dapat keluar dari tempat
itu.
![]() |
Kisah Cerita Daedalus Dan Icarus ( Foto @Source ) |
Di
dalam Labirin itulah Minotaurus dikurung, dan sebagai makanannya di
lemparkan para budak, tahanan, dan orang yang terhukum mati ke dalam
Labirin itu. Setelah bertahun-tahun bekerja, Labirin itu pun selesai.
Maka Daedalus memohon diri untuk kembali ke Atena.
"Jangan,
Daedalus.... Jangan meninggalkan Creta. Tetap tinggalkan di sini, di
sini aku memiliki kehormatan yang kau inginkan. Di samping itu, aku
khawatir kau nanti akan membocorkan rahasia Labirin," jawab Raja Minos.
"Tidak
baginda Raja, Hamba juga tidak mengerti rahasia dan peta Labirin itu.
Andaikata hamba masuk ke sana, hampa pun tak akan tahu bagaimana jalan
keluarnya. Biarkan hamba pergi, karena hamba lebih suka hidup diu Atena
daripada di sini," kata Daedalus.
Karena
ucapan Daedalus itu, Raja Minos merasa terhina, dan memerintahkan agar
Daedalus dan Icarus dijebloskan ke dalam Labirin. Kedua anak dan bapak
itu merasa putus asa, mereka tahu bahwa tak mungkin mencari cara untuk
melarikan diri, dan apabila mereka bertemu dengan Minotaurus, mereka
pasti akan dibunuh dan dimangsa.
Tetapi
karena beberapa ruang dari Labirin itu tidak beratap dan dari tempat
itu dapat terlihat langit. Ketika melihat burung yang terbang di
atasnya, di dalam benak Daedalus muncul suatu gagasan.
"Aku telah menemukan cara untuk keluar dari tempat ini," kata Daedalus kepada anaknya.
Kemudian
mulailah mereka membuat kerangka dua pasang sayap dari kayu, yang
kemudian ditancapi bulu-bulu burung yang terjatuh di sana.
"Icarus,
anakku...Kalau telah selesai, sayap ini akan kita pasang pada bahu dan
lengan kita dengan lilin, kemudian kita akan terbang melarikan diri,"
kata Daedalus sambil bekerja.
"Akan mengagumkan, Ayah!" sahut Icarus.
Setelah
bekerja beberapa waktu lagi, sayap-sayap itu pun telah selesai.
Daedalus memasangnya pada dirinya dan memasang pada bahu anaknya.
"Icarus,
ingatlah bahwa kalua kita terbang terlalu tinggi, panas matahari akan
melelehkan lilin, tetapi kalau rendah, uap air di udara akan memberatkan
sayap kita. Terbang terlalu tinggi atau terlalu rendah akibatnya sama
saja, kita tak akan dapat terbang lagi. Oleh karena itu, ambillah jalan
tengah, dan ikutilah aku," pesan Daedalus kepada anaknya sebelum mereka
terbang menggunakan sayap buatannya.
"Akan kulakukan seperti yang Ayah katakan," jawab Icarus meyakinkan ayahnya.
Tak
lama kemudian keduanya terbang melesat keluar dari Labirin, dan
meninggalkan Creta. Raja Minor hanya dapat memandang mereka dengan
bengong.
"Indah sekali pemandangan dari sini....," kata Icarus sambil mengepakkan sayapnya.
"Tetaplah dekat denganku, Icarus," kata Daedalus.
Demikianlah
mereka terbang di atas bumi dan lautan. Tetapi Icarus tak pernah
melihat ke bawah, ia selalu mengarahkan pandangannya ke arah matahari,
ia terus bergerak naik dan tak disadari Icarus bahwa ia terbang terlalu
tinggi, ia terus naik...naik dan naik lebih tinggi lagi....
"Kemana kau, Icarus...?" teriak Daedalus ketika melihat anaknya terbang menjauh. "Berhenti kau....! Turun lagi ke bawah !"
Tetapi
Icarus tidak mendengar teriakan ayahnya, bahwa terbang terus ke atas.
Panas matahari semakin menyengat, lilin-lilin sayap mulai meleleh, dan
tak lama kemudian bulu-bulunya mulai lepas dan rontok dari baju Icarus.
Dengan teriakan putus asa dan menyedihkan pemuda itu jatuh ke bawah dan
di telan gelombang lautan.
Daedalus
hanya bisa memandang dengan perasaan sedih melihat anak lelakinya jatuh
melayang-layang diudara sampai kemudian tak terlihat lagi oleh matanya.
Betapa hancur hatinya melihat kematian anaknya karena tak mematuhi
ucapannya.
Demikianlah
Icarus telah membayar impian bodoh serta penerbangannya dengan
kematiannya. Selama berhari-hari Daedalus terbang di atas lautan biru
yang menjadi kuburan anaknya, lalu dengan hati sedih ia kembali ke
Yunani. Laut tempat Icarus terjatuh saat mereka melintasinya diberi nama
Icaria.
Komentar
Posting Komentar